Nama : Yordianus Pajo Hewen
NIM :
170510061
Mata Kuliah : Moral Fundamental II
Dosen : Largus Nadeak, Lic. S. Th.
Ø
Budaya
Lamaholot (Flores Timur)
“Pana gawe ma’a
sare-sare, pehe lei lima ma’a ta’a-ta’a, ne oli glekat lewotana”
(Pergilah dan
lakukanlah segala sesuatu dengan sebaik-baiknya demi kemajuan kampung
halamanmu)
Dalam
tradisi budaya Lamaholot, khususnya daerah Tanjung Bunga dan Lewolema, terdapat
sebuah ungkapan yang diwariskan secara turun temurun dan menjadi kebiasaan
masyarakat setempat. Ungkapan itu ialah: ““Pana gawe ma’a sare-sare, pehe lei
lima ma’a ta’a-ta’a, ne oli glekat lewotana”. Secara harafiah dapat diartikan:
melangkah pergi dengan sebaik-baiknya, peganglah tangan dan kaki seerat-eratnya
dan pulanglah melayani kampungmu. Ungkapan ini adalah sebuah bentuk nasihat
yang biasa diterima oleh seseorang yang hendak meninggalkan rumah dalam jangka
waktu yang lama, baik itu pergi mengenyam pendidikkan atau hendak mencari
pekerjaan di tanah rantau. Ungkapan ini
diberikan secara lansung oleh ketua suku atau orang tua kepada anak mereka dan
diyakini mempunyai kekuatan yang dapat membuat seseorang berhasil dalam belajar
atau pun dalam bekerja. Dengan keyakinan ini, seseorang yang hedak berpergian
baik untuk bersekolah atau pun bekerja tidak akan terasa lengkap tanpa
memperoleh ungkapan tersebut.
Terjemahan
dalam bahasa Indonesia “Pergi dan lakukanlah segala sesuatu dengan sebaik-baiknya,
demi kemajuan kampung halamanmu”, tidak secara penuh mengungkapkan makna
terdalam dari ungkapan tersebut. Namun, jika ditelusuri lebih jauh dari setiap
kata itu, kita akan menemukan makna terdalam dari ungkapan tersebut. “Melangkah pergi dengan sebaik-baiknya” bermakna
bahwa segala bentuk tindakan yang dilakukan haruslah baik dan benar. Selain
itu, kalimat “peganglah tangan dan kaki seerat-eratnya”, bermakna bahwa apa
yang benar dan baik yang telah didapatkan baik lewat pengajaran orang tua atau
yang lainnya, harus tetap dipegang teguh sebagai pedoman utama dalam hidup.
Sedangkan dalam kalimat “Pulanglah dan layanilah kampung halamanmu”, bermakna
bahwa ilmu atau harta yang diperoleh harus membuatnya tetap rendah hati serta
siap sedia untuk mengorbankan dan membagikan apa yang telah diperolehnya. Apa
saja yang ia peroleh tidak boleh membuatnya menjadi sombong dan egois,
melainkan diperuntukkan demi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar